Warga Kuala Selat dan Perigi Raja Kembangkan Ekonomi Pesisir dari Mangrove hingga Madu Kelulut
25 September 2025 20:47 WIB
Yudi Samadi
.jpeg)
Photo: Sejumlah pemangku kepentingan Program Rehabilitasi Mangrove di Pesisir Indragiri Hilir Riau berfoto bersama usai diskusi dalam kegiatan Media Gathering yang digagas oleh M4CR (foto: Yudi Samadi/sonora)
Sonora.co.id, Indragiri Hilir – Perubahan ekosistem pesisir akibat intrusi air laut dan abrasi mendorong masyarakat di sejumlah desa di Riau beradaptasi dengan sumber penghidupan baru. Salah satunya dialami oleh warga Desa Kuala Selat, Kecamatan Kateman, yang kehilangan produktivitas kebun kelapa akibat tergerus abrasi.
Puryanto, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Selat Berseri sekaligus pemilik kebun kelapa, menceritakan bahwa hilangnya kebun membuat perekonomian masyarakat desa terpukul. “Kami mengenang hancurnya lahan kami.
Dulu masyarakat bisa dapat penghasilan harian, tapi sekarang sulit. Anak-anak mau sekolah pun jadi beban,” ungkapnya. Menurutnya, rehabilitasi mangrove yang tengah berjalan memberi harapan baru. Meski menghadapi tantangan di lapangan, mulai dari akses membawa bambu hingga gangguan satwa, masyarakat tetap berusaha terlibat dalam penanaman.
Ia menekankan perlunya dukungan pemerintah, khususnya pembangunan pemecah gelombang, agar abrasi tidak semakin meluas dan mangrove bisa tumbuh optimal. “Kalau mangrove ini berhasil, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk kebun dan juga mencari penghidupan baru. Kami berharap ada batu pemecah ombak agar desa ini lebih terlindungi,” kata Puryanto. Sementara itu, di Desa Perigi Raja, Kabupaten Indragiri Hilir, masyarakat mengembangkan usaha berbasis madu kelulut melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Madu Kelulut Sejahtera.
Husni Thamrin, selaku ketua kelompok sekaligus pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), mengatakan madu kelulut yang dipanen dari kawasan hutan mangrove telah memberikan manfaat ekonomi nyata. “Alhamdulillah, usaha lebah kelulut ini membantu perekonomian masyarakat desa. Kami juga pernah ikut pameran di Pekanbaru dan Banyuwangi untuk mempromosikan produk madu mangrove,” ujarnya. Husni menambahkan, selain madu kelulut, potensi hutan mangrove di daerahnya juga melimpah dengan bahan baku lain seperti daun nipah, lidi, dan siput yang bisa dikembangkan menjadi produk turunan.
Dengan adanya pendampingan dari program perhutanan sosial, masyarakat setempat semakin terdorong menjaga habitat mangrove agar tetap lestari. Kisah Puryanto dan Husni Thamrin mencerminkan bagaimana masyarakat pesisir Riau kini bertransformasi. Dari lahan kelapa yang hilang karena abrasi hingga lahirnya produk madu kelulut berbasis mangrove, upaya adaptasi ini diharapkan mampu memperkuat ekonomi warga sekaligus menjaga ekosistem pesisir. (YDS)
Dulu masyarakat bisa dapat penghasilan harian, tapi sekarang sulit. Anak-anak mau sekolah pun jadi beban,” ungkapnya. Menurutnya, rehabilitasi mangrove yang tengah berjalan memberi harapan baru. Meski menghadapi tantangan di lapangan, mulai dari akses membawa bambu hingga gangguan satwa, masyarakat tetap berusaha terlibat dalam penanaman.
Ia menekankan perlunya dukungan pemerintah, khususnya pembangunan pemecah gelombang, agar abrasi tidak semakin meluas dan mangrove bisa tumbuh optimal. “Kalau mangrove ini berhasil, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk kebun dan juga mencari penghidupan baru. Kami berharap ada batu pemecah ombak agar desa ini lebih terlindungi,” kata Puryanto. Sementara itu, di Desa Perigi Raja, Kabupaten Indragiri Hilir, masyarakat mengembangkan usaha berbasis madu kelulut melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Madu Kelulut Sejahtera.
Husni Thamrin, selaku ketua kelompok sekaligus pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD), mengatakan madu kelulut yang dipanen dari kawasan hutan mangrove telah memberikan manfaat ekonomi nyata. “Alhamdulillah, usaha lebah kelulut ini membantu perekonomian masyarakat desa. Kami juga pernah ikut pameran di Pekanbaru dan Banyuwangi untuk mempromosikan produk madu mangrove,” ujarnya. Husni menambahkan, selain madu kelulut, potensi hutan mangrove di daerahnya juga melimpah dengan bahan baku lain seperti daun nipah, lidi, dan siput yang bisa dikembangkan menjadi produk turunan.
Dengan adanya pendampingan dari program perhutanan sosial, masyarakat setempat semakin terdorong menjaga habitat mangrove agar tetap lestari. Kisah Puryanto dan Husni Thamrin mencerminkan bagaimana masyarakat pesisir Riau kini bertransformasi. Dari lahan kelapa yang hilang karena abrasi hingga lahirnya produk madu kelulut berbasis mangrove, upaya adaptasi ini diharapkan mampu memperkuat ekonomi warga sekaligus menjaga ekosistem pesisir. (YDS)
News
View MoreOur Services

Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.

Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives