Intrusi Air Laut Ubah Wajah Kuala Selat, Warga Beralih Jadi Nelayan dan Dorong Rehabilitasi Mangrove
25 September 2025 20:41 WIB
Yudi Samadi
.jpeg)
Photo: Budidaya Mangrove di Pesisir Desa Kuala Selat, Indragiri Hilir, Riau (Foto: Yudi Samadi/Sonora)
Sonora.co.id, Indragiri Hilir – Sejak beberapa tahun terakhir, pesisir Desa Kuala Selat, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, menghadapi dampak serius dari intrusi air laut. Abrasi yang terus terjadi membuat lahan perkebunan kelapa milik warga tidak lagi produktif. Lambat laun, kelapa yang dahulu menjadi tumpuan ekonomi desa tak lagi tumbuh subur di kawasan pesisir.
Kepala Desa Kuala Selat, Nurjaya, mengungkapkan bahwa kondisi tersebut memaksa masyarakat beralih profesi. “Karena sudah tidak menghasilkan kelapa, masyarakat kami sekarang rata-rata sudah berpindah jadi nelayan tangkap. Mereka menangkap kepiting, udang, ikan, dan kerang yang tumbuh di sekitar kawasan mangrove yang direhabilitasi,” ujarnya. Ia menambahkan, potensi budidaya sebenarnya ada, namun keterbatasan pengetahuan membuat masyarakat lebih memilih nelayan tangkap. “Kalau budidaya ikan atau udang ada potensi, tapi masyarakat kami masih awam, belum ada pengetahuan untuk mengelola tambak atau kolam ikan,” jelasnya.
Senada, Ketua KTH Mekar Bersama sekaligus Ketua PKK Desa Kuala Selat, Nurizawati, menekankan pentingnya dukungan nyata dari pemerintah untuk melindungi kawasan pesisir. “Harapan kami ada solusi, misalnya pembangunan pemecah gelombang agar abrasi bisa dicegah, dan bantuan modal untuk usaha pengolahan hasil laut. Selama ini kami ibu-ibu PKK masih menggunakan alat manual,” ungkapnya.
Nurizawati juga bercerita, sejak mengikuti sekolah lapang tahun 2024 di Kabupaten Kepulauan Meranti, dirinya bersama kelompok perempuan mendapat ilmu tentang rehabilitasi dan penanaman mangrove. Inspirasi dari daerah lain juga mendorong mereka mencoba usaha turunan seperti kerupuk dan ikan asin. Baik kepala desa maupun Ketua KTH Mekar Bersama sama-sama mengapresiasi dukungan Program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) yang telah memberikan pendampingan kepada masyarakat.
Program ini mendukung upaya rehabilitasi mangrove di Desa Kuala Selat seluas 16 hektar, dengan pola tanam rumpun berjarak 10.000 batang per hektar dan jenis tanaman Rhizophora sp. “Kami berterima kasih kepada M4CR yang sudah mendampingi masyarakat sejak pembibitan hingga penanaman mangrove. Harapannya program ini terus berlanjut agar kawasan pesisir bisa kembali kuat dan produktif,” ujar Nurjaya. Selain menjaga ekosistem, rehabilitasi mangrove juga membawa dampak ekonomi yang besar.
Habitat baru dari mangrove memungkinkan biota laut seperti kepiting, udang, dan kerang darah tumbuh dengan baik. Hasil tangkapan ini kini menjadi sumber penghidupan utama masyarakat desa, menggantikan peran kebun kelapa yang telah lama ditinggalkan. Program pendampingan juga mendorong keterlibatan perempuan dalam penguatan ekonomi keluarga.
Melalui kelompok PKK dan KTH Mekar Bersama, kaum ibu di Kuala Selat mulai mengembangkan usaha berbasis hasil laut, meski masih sederhana. Dukungan modal dan peralatan dinilai menjadi kunci agar usaha ini bisa naik kelas dan memberi nilai tambah lebih besar. Dengan adanya pemecah gelombang, dukungan rehabilitasi mangrove, serta partisipasi aktif masyarakat, Kuala Selat berpotensi menjadi model desa pesisir tangguh di Indragiri Hilir. Desa ini diharapkan tidak hanya mampu melindungi ekosistem dari ancaman abrasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. (YDS)
Kepala Desa Kuala Selat, Nurjaya, mengungkapkan bahwa kondisi tersebut memaksa masyarakat beralih profesi. “Karena sudah tidak menghasilkan kelapa, masyarakat kami sekarang rata-rata sudah berpindah jadi nelayan tangkap. Mereka menangkap kepiting, udang, ikan, dan kerang yang tumbuh di sekitar kawasan mangrove yang direhabilitasi,” ujarnya. Ia menambahkan, potensi budidaya sebenarnya ada, namun keterbatasan pengetahuan membuat masyarakat lebih memilih nelayan tangkap. “Kalau budidaya ikan atau udang ada potensi, tapi masyarakat kami masih awam, belum ada pengetahuan untuk mengelola tambak atau kolam ikan,” jelasnya.
Senada, Ketua KTH Mekar Bersama sekaligus Ketua PKK Desa Kuala Selat, Nurizawati, menekankan pentingnya dukungan nyata dari pemerintah untuk melindungi kawasan pesisir. “Harapan kami ada solusi, misalnya pembangunan pemecah gelombang agar abrasi bisa dicegah, dan bantuan modal untuk usaha pengolahan hasil laut. Selama ini kami ibu-ibu PKK masih menggunakan alat manual,” ungkapnya.
Nurizawati juga bercerita, sejak mengikuti sekolah lapang tahun 2024 di Kabupaten Kepulauan Meranti, dirinya bersama kelompok perempuan mendapat ilmu tentang rehabilitasi dan penanaman mangrove. Inspirasi dari daerah lain juga mendorong mereka mencoba usaha turunan seperti kerupuk dan ikan asin. Baik kepala desa maupun Ketua KTH Mekar Bersama sama-sama mengapresiasi dukungan Program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) yang telah memberikan pendampingan kepada masyarakat.
Program ini mendukung upaya rehabilitasi mangrove di Desa Kuala Selat seluas 16 hektar, dengan pola tanam rumpun berjarak 10.000 batang per hektar dan jenis tanaman Rhizophora sp. “Kami berterima kasih kepada M4CR yang sudah mendampingi masyarakat sejak pembibitan hingga penanaman mangrove. Harapannya program ini terus berlanjut agar kawasan pesisir bisa kembali kuat dan produktif,” ujar Nurjaya. Selain menjaga ekosistem, rehabilitasi mangrove juga membawa dampak ekonomi yang besar.
Habitat baru dari mangrove memungkinkan biota laut seperti kepiting, udang, dan kerang darah tumbuh dengan baik. Hasil tangkapan ini kini menjadi sumber penghidupan utama masyarakat desa, menggantikan peran kebun kelapa yang telah lama ditinggalkan. Program pendampingan juga mendorong keterlibatan perempuan dalam penguatan ekonomi keluarga.
Melalui kelompok PKK dan KTH Mekar Bersama, kaum ibu di Kuala Selat mulai mengembangkan usaha berbasis hasil laut, meski masih sederhana. Dukungan modal dan peralatan dinilai menjadi kunci agar usaha ini bisa naik kelas dan memberi nilai tambah lebih besar. Dengan adanya pemecah gelombang, dukungan rehabilitasi mangrove, serta partisipasi aktif masyarakat, Kuala Selat berpotensi menjadi model desa pesisir tangguh di Indragiri Hilir. Desa ini diharapkan tidak hanya mampu melindungi ekosistem dari ancaman abrasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. (YDS)
News
View MoreOur Services

Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.

Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives