Harian Kompas dan Indonesian Mining Association Gelar FGD, Optimalkan Potensi Pertambangan Untuk Ketahanan Energi
25 November 2024 06:11 WIB
Lia Muspiroh

Photo: Diskusi Optimalisasi Potensi Pertambangan Untuk Ketahanan Energi. Sumber: Lia Muspiroh
sonora.co.id, Focus group discussion sebagai rangkaian dari Indonesia Mining Summit 2024 dihadiri oleh pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan akademisi untuk mewadahi topik-topik dalam penelitian terhadap isu isu eksplorasi, hilirisasi, hingga tujuan pertumbuhan 8% ekonomi Indonesia.
Penasehat Bidang Energi Presiden Prabowo Subianto, Purnomo Yusgiantoro menjelaskan Indonesia memiliki posisi strategis dalam geopolitik energi regional. Oleh karena itu, sektor pertambangan memegang peranan kunci dalam menciptakan stabilitas energi jangka panjang, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan global akan sumber daya mineral.
“Keamanan energi bukan hanya tentang pasokan, tetapi bagaimana kita bisa mengelola sumber daya alam dengan bijaksana untuk kepentingan masa depan,” ungkap Purnomo saat diskusi, Jakarta, Jum'at (22/11/2024)
Dalam konteks ketahanan energi, Purnomo menekankan bahwa sektor pertambangan memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam memastikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Pengelolaan yang tidak bijaksana dapat berisiko mengurangi kapasitas cadangan energi yang sangat dibutuhkan di masa depan.
“Pengelolaan sumber daya tidak hanya mengacu pada kuantitas, tetapi juga pada kualitas. Kita harus memastikan bahwa proses ekstraksi dan pemanfaatan sumber daya energi ini tidak merusak lingkungan atau mengancam kelestariannya. Dengan teknologi yang tepat, kita bisa mencapai tujuan tersebut tanpa mengorbankan daya dukung alam,” tambahnya.
Sementara untuk mewujudkan sektor pertambangan Indonesia sebagai penggerak utama dalam memperkuat ketahanan energi, Wakil Ketua Indonesia Mining Association Ezra Sibarani menyampaikan ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Mulai dari regulasi, teknologi, dan pembiayaan.
“Untuk mencapai kemandirian energi, kita memerlukan pendekatan kolaboratif yang mengintegrasikan inovasi teknologi dengan investasi strategis. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh pemangku kepentingan di sektor pertambangan,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, VP Goverment Relations PT Freeport Indonesia Harry Pancasakti dan General Manager of Business Development and Risk Management PT CNI Aldo Namora menambahkan, tantangan terbesar bagi pelaku industri adalah memastikan keberlanjutan proyek-proyek pertambangan di tengah fluktuasi pasar dan ketatnya regulasi.
“Tetapi kami yakin, dengan dukungan dari pemerintah dan inovasi yang terus berkembang, sektor ini bisa menjadi salah satu pilar utama ketahanan energi nasional,” pungkas Aldo.
Sementara itu terkait peran sektor pertambangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8 persen, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute sekaligus akademisi dari Universitas Trisakti, Komaidi Notonegoro menjelaskan industri pertambangan tidak hanya menjadi sumber devisa, tetapi juga motor penggerak dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing global.
“Kontribusi sektor ini sangat signifikan, terutama jika kita mampu memanfaatkan sumber daya mineral untuk pengolahan hilir yang bernilai tambah tinggi. Namun, kita juga harus berhati-hati dalam mengelola dampaknya terhadap lingkungan,” ujarnya.
Diskusi ditutup dengan pernyataan Wartawan Harian Kompas, Agnes Theodora. Ia menyatakan meskipun tantangan yang dihadapi sektor pertambangan Indonesia cukup besar, namun kolaborasi lintas sektor dapat menjadi kunci dalam mewujudkan ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Tidak ada satu pihak pun yang bisa menyelesaikan tantangan ini sendirian. Namun, dengan kerjasama yang solid antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, kita dapat menghadapi tantangan tersebut dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia,” ujar Agnes.
“Ke depan, kita harus berpikir jauh. Jangan hanya mengandalkan sumber daya alam yang terbatas, tetapi juga mengintegrasikan inovasi dan teknologi untuk memastikan keberlanjutan energi di masa depan,” tutupnya.
Penasehat Bidang Energi Presiden Prabowo Subianto, Purnomo Yusgiantoro menjelaskan Indonesia memiliki posisi strategis dalam geopolitik energi regional. Oleh karena itu, sektor pertambangan memegang peranan kunci dalam menciptakan stabilitas energi jangka panjang, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan global akan sumber daya mineral.
“Keamanan energi bukan hanya tentang pasokan, tetapi bagaimana kita bisa mengelola sumber daya alam dengan bijaksana untuk kepentingan masa depan,” ungkap Purnomo saat diskusi, Jakarta, Jum'at (22/11/2024)
Dalam konteks ketahanan energi, Purnomo menekankan bahwa sektor pertambangan memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam memastikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Pengelolaan yang tidak bijaksana dapat berisiko mengurangi kapasitas cadangan energi yang sangat dibutuhkan di masa depan.
“Pengelolaan sumber daya tidak hanya mengacu pada kuantitas, tetapi juga pada kualitas. Kita harus memastikan bahwa proses ekstraksi dan pemanfaatan sumber daya energi ini tidak merusak lingkungan atau mengancam kelestariannya. Dengan teknologi yang tepat, kita bisa mencapai tujuan tersebut tanpa mengorbankan daya dukung alam,” tambahnya.
Sementara untuk mewujudkan sektor pertambangan Indonesia sebagai penggerak utama dalam memperkuat ketahanan energi, Wakil Ketua Indonesia Mining Association Ezra Sibarani menyampaikan ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Mulai dari regulasi, teknologi, dan pembiayaan.
“Untuk mencapai kemandirian energi, kita memerlukan pendekatan kolaboratif yang mengintegrasikan inovasi teknologi dengan investasi strategis. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh pemangku kepentingan di sektor pertambangan,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, VP Goverment Relations PT Freeport Indonesia Harry Pancasakti dan General Manager of Business Development and Risk Management PT CNI Aldo Namora menambahkan, tantangan terbesar bagi pelaku industri adalah memastikan keberlanjutan proyek-proyek pertambangan di tengah fluktuasi pasar dan ketatnya regulasi.
“Tetapi kami yakin, dengan dukungan dari pemerintah dan inovasi yang terus berkembang, sektor ini bisa menjadi salah satu pilar utama ketahanan energi nasional,” pungkas Aldo.
Sementara itu terkait peran sektor pertambangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8 persen, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute sekaligus akademisi dari Universitas Trisakti, Komaidi Notonegoro menjelaskan industri pertambangan tidak hanya menjadi sumber devisa, tetapi juga motor penggerak dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing global.
“Kontribusi sektor ini sangat signifikan, terutama jika kita mampu memanfaatkan sumber daya mineral untuk pengolahan hilir yang bernilai tambah tinggi. Namun, kita juga harus berhati-hati dalam mengelola dampaknya terhadap lingkungan,” ujarnya.
Diskusi ditutup dengan pernyataan Wartawan Harian Kompas, Agnes Theodora. Ia menyatakan meskipun tantangan yang dihadapi sektor pertambangan Indonesia cukup besar, namun kolaborasi lintas sektor dapat menjadi kunci dalam mewujudkan ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Tidak ada satu pihak pun yang bisa menyelesaikan tantangan ini sendirian. Namun, dengan kerjasama yang solid antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, kita dapat menghadapi tantangan tersebut dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia,” ujar Agnes.
“Ke depan, kita harus berpikir jauh. Jangan hanya mengandalkan sumber daya alam yang terbatas, tetapi juga mengintegrasikan inovasi dan teknologi untuk memastikan keberlanjutan energi di masa depan,” tutupnya.
News
View MoreOur Services

Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.

Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives