Dirjen PDASRH: Rehabilitasi 41 Ribu Hektare Mangrove M4CR Libatkan Masyarakat Pesisir
31 Juli 2025 05:51 WIB
Yudi Samadi
.jpeg)
Photo: Penanaman Mangrove oleh Wamenhut, Sulaiman Umar dan Dirjen PDASRH, Dyah Murtiningsih di Jatipapak, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi (30/07) (foto: Tedy Kroen)
Sonora.co.id, Banyuwangi, – Program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) menargetkan rehabilitasi 41 ribu hektare mangrove di empat provinsi prioritas hingga 2027. Empat provinsi tersebut adalah Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara—wilayah dengan ekosistem mangrove terbesar di Indonesia.
Direktur Jenderal Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) KLHK, Dyah Murtiningsih, menegaskan rehabilitasi mangrove harus berbasis masyarakat agar ada kepedulian untuk menjaga ekosistem.
“Mangrove tidak hanya menjadi benteng iklim dengan kapasitas serapan karbon 4–5 kali lebih besar dari hutan daratan, tetapi juga benteng ekonomi dan pangan bagi masyarakat pesisir,” ujarnya saat Kick Off Mangrove Festival 2025 di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Rabu (30/7). Program senilai 171 juta dolar AS hasil kerja sama dengan Bank Dunia ini tidak hanya memulihkan ekosistem, tetapi juga mendorong pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti sabun, batik, sirup, pewarna alami, hingga bahan skincare.
Pelaksanaannya melibatkan lintas kementerian, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan. Dyah menambahkan, konservasi akan berjalan beriringan dengan penerapan teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan motor listrik yang diperkenalkan pada pembukaan Mangrofest 2025. “Konservasi dan inovasi teknologi harus sejalan demi menjaga ekosistem mangrove,” tegasnya. (YDS)
“Mangrove tidak hanya menjadi benteng iklim dengan kapasitas serapan karbon 4–5 kali lebih besar dari hutan daratan, tetapi juga benteng ekonomi dan pangan bagi masyarakat pesisir,” ujarnya saat Kick Off Mangrove Festival 2025 di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Rabu (30/7). Program senilai 171 juta dolar AS hasil kerja sama dengan Bank Dunia ini tidak hanya memulihkan ekosistem, tetapi juga mendorong pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti sabun, batik, sirup, pewarna alami, hingga bahan skincare.
Pelaksanaannya melibatkan lintas kementerian, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan. Dyah menambahkan, konservasi akan berjalan beriringan dengan penerapan teknologi ramah lingkungan, seperti penggunaan motor listrik yang diperkenalkan pada pembukaan Mangrofest 2025. “Konservasi dan inovasi teknologi harus sejalan demi menjaga ekosistem mangrove,” tegasnya. (YDS)
News
View MoreOur Services

Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.

Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives