Mangrove Festival 2025 Resmi Dibuka, Perkuat Konsolidasi Nasional untuk Rehabilitasi Ekosistem
30 Juli 2025 23:46 WIB
Yudi Samadi
.jpeg)
Photo: Pelepasliaran tukik oleh Wakil Menteri Kehutanan, Sulaiman Umar Siddiq didampingi Dirjen PDASRH, Dyah Murtiningsih dan beberapa pimpinan kementerian/lembaga dalam Kick Off Mangrofest 2025 (Foto: Teddy Kroen)
Sonora.co.id, Banyuwangi – Mangrove Festival (Mangrofest) 2025 resmi dimulai di Taman Nasional (TN) Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, mengusung tema “Rayakan Mangrove Rangkai Harapan”. Festival ini menjadi ajang konsolidasi nasional lintas sektor untuk mendorong rehabilitasi ekosistem mangrove secara berkelanjutan, sekaligus menguatkan transisi menuju gaya hidup rendah emisi.
Wakil Menteri Kehutanan RI, Sulaiman Umar Siddiq, secara resmi membuka rangkaian kegiatan dengan penanaman mangrove di Jatipapak, TN Alas Purwo.
“Mangrove Indonesia terluas di dunia, lebih dari 3,4 juta hektar atau 23% total luasan mangrove dunia. Ini menjadi komitmen bersama agar rehabilitasi mangrove berjalan berkelanjutan dengan pemulihan ekosistem menyeluruh, menguatkan peran masyarakat pesisir, serta potensi ekonomi mangrove secara lestari,” ujarnya. Sulaiman menjelaskan, Indonesia tengah menginisiasi proyek rehabilitasi mangrove terbesar di dunia melalui kerja sama dengan Bank Dunia dalam program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR). Program ini menargetkan rehabilitasi 41.000 hektar mangrove dengan penanaman lebih dari 80 juta batang di empat provinsi prioritas—Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara—hingga 2027.
“Proyek ini menjadi wujud nyata komitmen Indonesia dalam aksi iklim berbasis alam, sekaligus kontribusi pada restorasi ekosistem global,” tambahnya. Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Kehutanan sekaligus Ketua Panitia Mangrofest 2025, Dyah Murtiningsih, mengatakan bahwa festival ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran publik dan pemangku kepentingan akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove.
“Mangrofest menampilkan inovasi, kearifan lokal, dan praktik terbaik rehabilitasi mangrove dari berbagai daerah, sekaligus menumbuhkan komitmen lintas sektor dan generasi,” ungkap Dyah. Pembukaan Mangrofest 2025 diawali dengan Mangrove Harmony Ride, menggunakan motor listrik sebagai simbol pelestarian alam dengan gaya hidup modern berkelanjutan. Kegiatan ini melibatkan komunitas motor listrik Elders Elettrico, pelepasan 1.000 tukik, dan pameran interaktif bersama kelompok masyarakat mangrove di Pantai Trianggulasi.
Festival ini diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan kementerian/lembaga, negara sahabat, pemerintah daerah, mitra pembangunan, komunitas, LSM, masyarakat lokal, dan Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD). Rangkaian Mangrofest 2025 akan berlangsung hingga Oktober mendatang, dengan agenda seperti Media Gathering, Mangrove Art and Music Festival, Mangrove Awarding Night and Gala Dinner, hingga puncak acara Mangrove Fun Run and Family Walk yang digelar serentak di empat provinsi prioritas.
Program M4CR sendiri menjadi strategi nasional dalam mengatasi degradasi mangrove di Indonesia melalui rehabilitasi berskala besar yang berbasis komunitas. Dengan target 41.000 hektar hingga 2027, program ini menjadi bagian penting dari kontribusi Indonesia terhadap aksi iklim global dan restorasi ekosistem pesisir yang menyeluruh. (YDS)
“Mangrove Indonesia terluas di dunia, lebih dari 3,4 juta hektar atau 23% total luasan mangrove dunia. Ini menjadi komitmen bersama agar rehabilitasi mangrove berjalan berkelanjutan dengan pemulihan ekosistem menyeluruh, menguatkan peran masyarakat pesisir, serta potensi ekonomi mangrove secara lestari,” ujarnya. Sulaiman menjelaskan, Indonesia tengah menginisiasi proyek rehabilitasi mangrove terbesar di dunia melalui kerja sama dengan Bank Dunia dalam program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR). Program ini menargetkan rehabilitasi 41.000 hektar mangrove dengan penanaman lebih dari 80 juta batang di empat provinsi prioritas—Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara—hingga 2027.
“Proyek ini menjadi wujud nyata komitmen Indonesia dalam aksi iklim berbasis alam, sekaligus kontribusi pada restorasi ekosistem global,” tambahnya. Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Kehutanan sekaligus Ketua Panitia Mangrofest 2025, Dyah Murtiningsih, mengatakan bahwa festival ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran publik dan pemangku kepentingan akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove.
“Mangrofest menampilkan inovasi, kearifan lokal, dan praktik terbaik rehabilitasi mangrove dari berbagai daerah, sekaligus menumbuhkan komitmen lintas sektor dan generasi,” ungkap Dyah. Pembukaan Mangrofest 2025 diawali dengan Mangrove Harmony Ride, menggunakan motor listrik sebagai simbol pelestarian alam dengan gaya hidup modern berkelanjutan. Kegiatan ini melibatkan komunitas motor listrik Elders Elettrico, pelepasan 1.000 tukik, dan pameran interaktif bersama kelompok masyarakat mangrove di Pantai Trianggulasi.
Festival ini diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan kementerian/lembaga, negara sahabat, pemerintah daerah, mitra pembangunan, komunitas, LSM, masyarakat lokal, dan Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD). Rangkaian Mangrofest 2025 akan berlangsung hingga Oktober mendatang, dengan agenda seperti Media Gathering, Mangrove Art and Music Festival, Mangrove Awarding Night and Gala Dinner, hingga puncak acara Mangrove Fun Run and Family Walk yang digelar serentak di empat provinsi prioritas.
Program M4CR sendiri menjadi strategi nasional dalam mengatasi degradasi mangrove di Indonesia melalui rehabilitasi berskala besar yang berbasis komunitas. Dengan target 41.000 hektar hingga 2027, program ini menjadi bagian penting dari kontribusi Indonesia terhadap aksi iklim global dan restorasi ekosistem pesisir yang menyeluruh. (YDS)
News
View MoreOur Services

Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.

Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives