Perempuan yang Berperan Ganda (Ibu Rumah Tangga dan Pekerja) Harus Pandai Kelola Emosi Demi Mental Terjaga Sehat

25 Oktober 2024 11:03 WIB
Yudi Samadi
Photo: Youtube.com/sonorafm (FEB)
Jakarta, Sonora.co.id, Program Sehat Jiwa, kolaborasi Radio Sonora dan IPK Indonesia selama bulan oktober ini hadir bersama para psikolog, anggota IPK Indonesia dari wilayah/provinsi di Sulawesi. Bulan Oktober merupakan bulan yang identik dengan momentum peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS). Oleh karena itu, Program Sehat Jiwa edisi SULAWESI BERBICARA sepanjang oktober 2024 ini akan mengangkat tema besar “It is Time to Prioritize Mental Health in the Workplace".  Program #SehatJiwa edisi, Kamis, 24 Oktober 2024, yang tayang disiarkan langsung pada pukul 19.00 WIB membahas topik menarik “Creating Harmony: Managing Your Dual Role as a Mother” dengan menghadirkan  Nur Hafidzah, M.Psi, Psikolog (Pengurus IPK Indonesia Wilayah Sulawesi Selatan). Sahabat Sonora bisa menyaksikan rekaman siaran ini melalui Kanal Youtube Sonora FM di link https://www.youtube.com/watch?v=xzalVdGWAwY&t=262s.

Perempuan yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tang sekaligus sebagai pekerja dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah dari sisi psikologi. Psikolog Nur Hafidzah, M.psi, Piskolog menuturkan, tantangan itu akan semakin berat bagi ibu muda yang baru memiliki anak, sedang dalam tahap menyusui atau harus mendamping anak yang masih belum bisa mandiri (masih usia batita). “Dukungan mental dari orang sekitar sangat penting. Inisiatif untuk membantu dan menawarkan bantuan terlebih jika ibu tersebut terlihat merasa kelelahan sangat dibutuhkan supaya sang ibu terjaga kewarasan dan merasa dipedulikan” Ujar psikolog yang merupakan anggota dari IPK Sulawesi Selatan ini. Perlu pula bantuan dalam pengasuhan anak dari anggota keluarga lain, apalagi pasangan, terutama bagi ibu yang juga harus bekerja. Hal itu agar sang Ibu tetap terjaga Kesehatan mental dan emosinya. Karena jika ibu emosinya terganggu karena beratnya beban dan tanggung jawab yang harus ditunaikan, efeknya bisa buruk seperti menyakiti anak, mengabaikan, melakukan kekerasan verbal, apalagi jika anaknya masih belum mandiri, masih kecil/balita. “anak lebih baik dititipkan di daycare daripada menyerahkan pengasuhannya kepada orang yang tidak memiliki pemahaman tentang pola asuh anak” sarannya. Tentu dengan memperhatikan track record dan kualitas daycare tersebut. Hal yang sama juga berlaku bagi Ibu yang memiliki anak remaja. Karena mendampingi anak jelang remaja ternyata lebih sulit, karena remaja punya jalan pemikirannnya sendiri. Psikolog yang akrab dipanggil Nina itu juga menuturkan Ibu perlu meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak, menanyakan emosi anak lebih dari sekedar menanyakan rutinitas yang dijalaninya di sekolah atau di rumah sehari-hari. “Saat anak merasa nyaman dengan orang tua, maka anak akan nyaman pula bercerita segala hal yang dialami di luar rumah tanpa harus  merasa diinterogasi” jelas Nina. Sehingga orang tua bisa menjadi sahabat anak yang akan menghindarkan anak dari pergaulan toxic dengan orang di luar rumah.


Perempuan yang memiliki peran ganda, baik sebagai ibu di rumah dan ibu yang bekerja perlu punya “me time”, punya hak istirahat tanpa harus terbebani dengan stereotype bahwa seorang p[erempuan yang baik adalah yang mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan baik. Jika Lelah, capek atau sedih, tidak apa-apa seorang perempuan menangis, sebagai cara untuk merilis emosi negatif dan stresnya. Nina melanjutkan penjelasannya bahwa mengambil waktu untuk rebahan sebentar 5 menit, atau melakukan hal apapun yang disukai dipersilakan untuk lanjut kerja lagi. Perempuan harus terbebas dari stigma bahwa seorang ibu tidak boleh mengeluh dengan kelelahan yang dialaminya. Oleh karenanya, Komunikasi dan komitmen dengan pasangan sangat penting dibicarakan, termasuk kesepakatan dalam berbagi tugas mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga lainnya.  “Komitmen dengan pasangan itu perlu dibicarakan dalam konseling pranikah yang penting untuk membuat kesepakatan pernikahan mulai dari a sampai z, termasuk rencana pengasuhan  anak, pengaturan keuangan sampai ke pembagian tugas harian” tandasnya.  


Jika Perempuan Tengah dihadapkan pada masalah pelik yang mengganggu emosi dan mental, agar masalah tersebut tidak bertambah parah dan berakibat buruk terhadap Kesehatan mental, maka rilis masalahnya bisa dilakukan dengan beberapa tahap. Dimulai dengan menuliskan sebab masalah (journaling), lalu kertasnya diremas-remas lalu buang ke tempat sampah, atau bisa juga dengan merobek-robek tisu untuk mengeluarkan emosi negatif sehingga tidak sampai menyakiti diri sendiri dan orang lain. Intinya, Solusi dari pengelolaan emosi bisa dicari oleh diri sendiri. Meditasi, beribadah, berolahraga bisa dilakukan sebagai cara untuk lebih kenal diri sendiri dan tau cara merilis emosi negatif dan stress saat muncul sewaktu-waktu. Setiap orang dianjurkan untuk menemukan caranya masing-masing untuk menemukan pola-pola pengelolaan emsoinya masing-masing.
  “Orang yang sehat mental, akan sadar secara akal dan penalaran untuk mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya” ungkap Nina. Setiap orang seharusnya punya cara untuk melampiaskan emosninya dengan cara yang tepat. Beberapa hal yang berdampak buruk harus dihindari saat seseorang tertimpa masalah, seperti, tidur terlalu lama, insomnia, tidak tidur nyenyak karena masalah yang rumit, pola makan yang salah yang cenderung akan menyiksa dan menyakiti diri sendiri. Meniadakan rasa sakit akibat sebuah masalah bukanlah sebuah solusi, karena masalah tidak akan selesai. Masalah harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya. Dengan diam, menghilang atau “freeze” justru akan menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu, perlu diketahui pola dan cara yang sehat untuk menghadapi masalah dalam hidup. Saat muncul amarah dan emosi dalam diri, langkah yang perlu dilakukan antara lain, kenali penyebab kemarahan, menetapkan skala dari angka 0-10 emosi yang dirasakan. Lalu memikirkan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan skala emosi itu. Adalah hal yang wajar seorang manusia merasakan takut, boleh marah, boleh menangis, dimanapun maka manajemen emosi tersebut tetap perlu dilakukan sesederhana dengan cara meremas ujung baju, menejan sofa kantor, atau merobek tissue. Solusi masalah sebaiknya tidak menggantungkan masalah kepada orang lain, karena saat ekspektasi kepada orang lain tidak tercapai maka aka nada tantrum. Belum tentu orang lain yang kita komunikasikan masalah kita bisa mendengar dengan baik masalah kita sehingga kita tidak merasa dihargai.   Bagi seorang Perempuan atau siapapun, potensi baik bisa tertutup karena ada luka masa lalu yang belum diproses. Luka masa lalu yang disadari itu akan menjadi pemantik emosi bahkan membuat seseorang tidak menyadari potensi yang baik dalam dirinya. Perlunya mengetahyu luka dan trauma masa lalu bisa menjadi cara untuk menciptakan pribadi yang positif dan lebih bijak agar dapat mengembangkan potensinya untuk kehidupan yang lebih baik. Dengan begitu, seseorang akan dapat melihat sadar apa yang bisa dioptimalkan saat ini dan tidak overthingking melihat masa depan. Coba kembali ke diri sendiri, beban dirilis, dikelola untuk mengenal diri sendri.. selamat berproses. (YDS)
Sonora Network

Our Services

Sonora Education And Talent Management

Sonora Education And Talent Management

Empowering Talent Development & Soft Skills Training.
Research Solution

Research Solution

Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives
Management Services

Management Services

Empowering Talent Development & Soft Skills Training.
Event Management

Event Management

Step into Syandana, we deliver exceptional tailored event solutions

We'll reach out to you to talk about what we can do to keep leading, together.

Let’s Collaborate!

Our Satisfied Partners

Kementrian Pajak
Kementrian PUPR
Kementerian Dinas Perhubungan
Kementrian Kominfo
Kementrian Agama
Kementrian Hukum dan HAM
Telkomsek
ASDP
Nuvo Family
Pertamina
Bear Brand
Sarirasa Group
Gopek House
Counterpain
PLN
Kementrian Pelni
Ayaxx
Wincos