WHO : Chikungunya dapat jadi epidemi Global
25 Juli 2025 18:58 WIB
Liliek Setyowibowo
(1).jpeg)
Photo: Prof Tjandra Yoga Aditama
Beberapa media massa kita menuliskan bahwa 22 Juli 2025 WHO memperingatkan bahwa chikungunya bisa menyebabkan epidemi global. Oleh karena itu, WHO mendesak semua pihak untuk segera bertindak mencegah penyebarannya. Sehubungan hal itu maka ada lima hal yang dapat disampaikan, melengkapi yang sudah diberitakan di berbagai media massa.
Pertama, penyakit chikungunya disebabkan oleh virus RNA (ribonucleic acid) CHIKV dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Tanzania pada 1952, dan nama penyakit in i juga dari bahasa Tanzania Selatan yang artinya rasa sakit hebat, yang memang merupakan salah satu gejala utama penyakit ini
Ke dua, kini chikungunya memang sudah dilaporkan di sekitar 119 negara, termasuk negara kita. Tetapi yang penting kita ketahui bahwa ledakan kasus di perkotaan (“Urban outbreaks”) pertama-tama terjadi di negara tetangga kita Thailand pada 1967
Ke tiga, sebagian besar kasusnya memang ringan. Tetapi pada sebagian kasus ada tiga hal yang mungkin saja timbul. Pertama, rasa nyeri hebat pada sebagian kasus dapat berkepanjangan sampai berbulan-bulan. Ke dua, pada sebagian kecil dapat terjadi komplikasi pada mata, jantung dan sistem syaraf. Ke tiga, angka kematian sangat kecil, di bawah 1%. Data sejak awal 2025 menunjukkan ada 220.000 kasus di dunia dengan 80 kematian.
Ke empat, tidak ada obat anti virus untuk chikungunya. Di sisi lain, beberapa negara sudah punya dua jenis vaksin untuk penyakit ini, dan Indonesia nampaknya belum ada. “WHO position paper” tentang vaksin chikungunya direcanakan baru akan dipublikasi ada 2026, walau informasinya “Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) on Immunization” WHO dalam waktu dekat ini akan melakukan rapat tentang vaksin ini.
Ke lima, pada dua puluh tahun yang lalu sudah pernah terjadi epidemi chikungunya, dari 2004 sampai 2007 utamanya di pulau-pulau Samudera Hindia, dengan ratusan ribu kasus. Inilah yang perlu kita antisipasi agar jangan sampai terjadi lagi kin
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI
Adjunct Professor Griffith University Australia
News
View MoreOur Services

Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.

Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives