Senandung Ansambel Kolintang untuk Dunia, jadi Tonggak Baru Musik Tradisional Indonesia
07 Desember 2025 16:43 WIB
Theresia Olivia Itran
Photo: Tokoh Kolintang Nasional Lis Purnomo Yusgiantoro, dan Sinta Nuriyah Wahid bersama dengan pemenang Lomba Kolintang “Senandung Ansambel Kolintang untuk Dunia”, Sabtu (6/12/2025).
Jakarta, Sonora.co.id - “Senandung Ansambel Kolintang untuk
Dunia” yang merupakan tema lomba kolintang yang digelar Purnomo Yusgiantoro
Center (PYC), diharapkan menjadi tonggak baru dalam perjalanan musik
tradisional Indonesia. Diikuti lima finalis, loma ini mempertandingkan musik
klasik dalam format Kolintang.
Kelima finalis itu terdiri atas Sanggar Ma’zani Sombor, Squad Kolintang Spensabaya, BeeLintang, The Fore, dan HAPS Entertainment, yang memperebutkan Piala Bergilir Lis Purnomo Yusgiantoro di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12/2025) malam.
HAPS Entertainment yang membawakan lagu wajib Piano Concerto No.1, lagu nasional Indonesia Jaya, dan lagu bebas Rondo Alla Turca "Turkish March" secara meyakinkan berhasil memukau sekitar 200-an penonton yang hadir. Dewan Juri yang terdiri atas Ananda Sukarlan, yang merupakan seorang pianis dan komposer bertaraf internasional. Kemudian, Simon Aloysius Mantiri yang kini menjabat Direktur Utama PT Pertamina (Persero), dan Purwa Caraka yang tidak lain merupakan seorang musisi, komposer, dan pendidik musik senior Indonesia.
Para dewan juri pun sepakat untuk menetapkan HAPS Entertainment sebagai pemenang dan berhak atas hadiah berupa Piala dan uang tunai sebesar Rp 100.000.000.- yang diserahkan langsung Lis Purnomo Yusgiantoro.
“Kami bersyukur dapat menyelenggarakan perlombaan musik Kolintang pertama, yang khusus mempertandingkan musik klasik di Indonesia. Ini adalah bentuk apresiasi kami pada alat musik tradisional Kolintang dari Minahasa, Sulawesi Utara,” ungkap Lis. Lis yang dikenal sebagai tokoh Kolintang nasional, berperan besar memperjuangkan Kolintang mendapatkan pengakuan UNESCO, sebuah organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai warisan budaya tak benda dunia.
Ia juga aktif melestarikan dan mengembangkan alat musik tradisional itu melalui konser, baik di tingkat nasional maupun internasional. Menurut Lis, sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, Kolintang memiliki nilai historis dan musikal sangat tinggi. Namun, lanjutnya, belum pernah ada kompetisi yang menempatkan Kolintang di panggung musik klasik era 1600–1900 secara formal.
“Lomba Kolintang PYC menghadirkan terobosan baru dengan memberikan ruang bagi para pemain Kolintang untuk menampilkan kemampuan interpretasi musik klasik Peter I. Tchaikovsky: Piano Concerto No. 1, sekaligus lagu nasional dalam format ansambel,” jelasnya.
Disebutkan, kehadiran para juri lintas disiplin ilmu pengetahuan, menjadikan kompetisi ini tidak hanya prestisius, tetapi juga membuka ruang dialog musikal antara tradisi dan modernitas. Melalui kompetisi bergengsi ini, PYC berupaya menjawab tantangan regenerasi dan apresiasi pada musik tradisional, di tengah derasnya arus modernisasi. “Lomba ini kami persembahkan bagi kelompok Kolintang di seluruh Indonesia, dengan harapan dapat mendorong tumbuhnya bibit-bibit musisi Kolintang baru, membuka ruang apresiasi bagi masyarakat, menjaga keberlangsungan Kolintang sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, dan menghadirkan kolintang ke panggung musik internasional,” tutur Lis.
Sementara itu, Ketua Umum PYC, Dr Filda Citra Yusgiantoro, menyatakan bahwa kompetisi yang dilaksanakan terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah Seleksi Video, yang menggunakan sistem eliminasi sehingga terpilih lima finalis. Tahap kedua adalah Final. Kelima finalis akan adu kemampuan dan keterampilan untuk menjadi kelompok terbaik.
Pada kesempatan itu, Filda secara khusus mengajak seluruh elemen masyarakat, pelaku seni, pemerhati budaya, dan generasi muda untuk mendukung upaya pelestarian Kolintang melalui kompetisi berhadiah Rp100 juta bagi pemenang.
“Kami bangga dapat menghadirkan musik klasik dalam format Kolintang. Ajang ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam perjalanan musik tradisional Indonesia, di tingkat nasional maupun internasional,” tandasnya.
Kelima finalis itu terdiri atas Sanggar Ma’zani Sombor, Squad Kolintang Spensabaya, BeeLintang, The Fore, dan HAPS Entertainment, yang memperebutkan Piala Bergilir Lis Purnomo Yusgiantoro di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12/2025) malam.
HAPS Entertainment yang membawakan lagu wajib Piano Concerto No.1, lagu nasional Indonesia Jaya, dan lagu bebas Rondo Alla Turca "Turkish March" secara meyakinkan berhasil memukau sekitar 200-an penonton yang hadir. Dewan Juri yang terdiri atas Ananda Sukarlan, yang merupakan seorang pianis dan komposer bertaraf internasional. Kemudian, Simon Aloysius Mantiri yang kini menjabat Direktur Utama PT Pertamina (Persero), dan Purwa Caraka yang tidak lain merupakan seorang musisi, komposer, dan pendidik musik senior Indonesia.
Para dewan juri pun sepakat untuk menetapkan HAPS Entertainment sebagai pemenang dan berhak atas hadiah berupa Piala dan uang tunai sebesar Rp 100.000.000.- yang diserahkan langsung Lis Purnomo Yusgiantoro.
“Kami bersyukur dapat menyelenggarakan perlombaan musik Kolintang pertama, yang khusus mempertandingkan musik klasik di Indonesia. Ini adalah bentuk apresiasi kami pada alat musik tradisional Kolintang dari Minahasa, Sulawesi Utara,” ungkap Lis. Lis yang dikenal sebagai tokoh Kolintang nasional, berperan besar memperjuangkan Kolintang mendapatkan pengakuan UNESCO, sebuah organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai warisan budaya tak benda dunia.
Ia juga aktif melestarikan dan mengembangkan alat musik tradisional itu melalui konser, baik di tingkat nasional maupun internasional. Menurut Lis, sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, Kolintang memiliki nilai historis dan musikal sangat tinggi. Namun, lanjutnya, belum pernah ada kompetisi yang menempatkan Kolintang di panggung musik klasik era 1600–1900 secara formal.
“Lomba Kolintang PYC menghadirkan terobosan baru dengan memberikan ruang bagi para pemain Kolintang untuk menampilkan kemampuan interpretasi musik klasik Peter I. Tchaikovsky: Piano Concerto No. 1, sekaligus lagu nasional dalam format ansambel,” jelasnya.
Disebutkan, kehadiran para juri lintas disiplin ilmu pengetahuan, menjadikan kompetisi ini tidak hanya prestisius, tetapi juga membuka ruang dialog musikal antara tradisi dan modernitas. Melalui kompetisi bergengsi ini, PYC berupaya menjawab tantangan regenerasi dan apresiasi pada musik tradisional, di tengah derasnya arus modernisasi. “Lomba ini kami persembahkan bagi kelompok Kolintang di seluruh Indonesia, dengan harapan dapat mendorong tumbuhnya bibit-bibit musisi Kolintang baru, membuka ruang apresiasi bagi masyarakat, menjaga keberlangsungan Kolintang sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, dan menghadirkan kolintang ke panggung musik internasional,” tutur Lis.
Sementara itu, Ketua Umum PYC, Dr Filda Citra Yusgiantoro, menyatakan bahwa kompetisi yang dilaksanakan terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah Seleksi Video, yang menggunakan sistem eliminasi sehingga terpilih lima finalis. Tahap kedua adalah Final. Kelima finalis akan adu kemampuan dan keterampilan untuk menjadi kelompok terbaik.
Pada kesempatan itu, Filda secara khusus mengajak seluruh elemen masyarakat, pelaku seni, pemerhati budaya, dan generasi muda untuk mendukung upaya pelestarian Kolintang melalui kompetisi berhadiah Rp100 juta bagi pemenang.
“Kami bangga dapat menghadirkan musik klasik dalam format Kolintang. Ajang ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam perjalanan musik tradisional Indonesia, di tingkat nasional maupun internasional,” tandasnya.
News
View MoreOur Services
Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.
Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives