Mewujudkan Eliminasi TBC di tahun 2030, Kerja Besar yang Butuh Kolaborasi Banyak Pihak
07 Oktober 2025 14:11 WIB
Yudi Samadi
.jpeg)
Photo: Peserta TBC Fellowship Journalist Programme 3.0 berfoto bersama usai kegiatan pembekalan (foto: Dok. Humas STPI)
Sonora.co.id, Jakarta – Upaya Indonesia untuk mencapai target eliminasi Tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030 membutuhkan kerja sama lintas sektor yang kuat. Hal ini mengemuka dalam kegiatan Pembekalan Tuberculosis (TBC) Fellowship Journalist Programme 3.0 yang digagas oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI), bertempat di Jakarta Respiratory Center, Bilangan Kenayoran, Jakarta Selatan. Sesi pembekalan ini menghadirkan sejumlah tokoh kunci dalam gerakan pengendalian TBC nasional serta para jurnalis terpilih setelah melalui proses seleksi berasal berbagai media baik cetak, elektronik, dan digital. Adapun penyelenggarakan TBC Fellowship Journalist Programme tahun ini merupakan penyelenggaraan ketiga setelah sebelumnya diadakan pada tahun 2022 dan 2024.
Acara pembekalan ini diawali dengan sambutan oleh Muhammad Hanif, anggota Dewan Pengurus STPI, yang menegaskan pentingnya peran semua pihak — pemerintah, masyarakat, media, dan sektor swasta — dalam mempercepat eliminasi TBC di Indonesia. “Tantangan menuju eliminasi TBC bukan hanya soal medis, tapi juga tentang kesadaran, komunikasi publik, dan keberpihakan pada mereka yang terdampak,” ujarnya.
Sebagai pembicara utama, Prof. dr. Erlina Burhan, Sp.P (K), Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, yang juga dokter spesialis paru di RSUP Persahabat sekaligus Dewan Penasehat STPI, memaparkan bahwa Indonesia masih menempati posisi kedua tertinggi di dunia dalam jumlah kasus TBC dengan estimasi lebih dari satu juta kasus setiap tahun. Ia menyoroti pentingnya deteksi dini, pengobatan tuntas, dan dukungan terhadap pasien untuk memutus rantai penularan. “Media dan masyarakat punya peran besar dalam menghapus stigma serta mengedukasi publik tentang TBC. Eliminasi bukan hal mustahil jika kolaborasi terus diperkuat,” tegasnya.Salah satunya melalui TBC Fellowship Journalist Programme yang bertujuan memperkuat kapasitas jurnalis dalam menyampaikan isu TBC secara akurat, empatik, dan berbasis data. “Narasi media yang kuat bisa mengubah cara masyarakat memandang TBC — dari penyakit yang distigmatisasi menjadi isu kemanusiaan yang harus diselesaikan bersama,” ungkapnya.
Sementara itu, dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI, menjelaskan peran dan inisiatif konkret STPI dalam mendukung program nasional TBC. Menurutnya, meski komitmen pemerintah terhadap pengendalian TBC masih kuat, efisiensi anggaran Kementerian Kesehatan pada tahun 2025 yang turun hampir Rp20 triliun dibanding tahun sebelumnya perlu menjadi perhatian bersama. Kondisi ini berpotensi memengaruhi keberlangsungan sejumlah program penanggulangan TBC, terutama di tingkat daerah.
“Efisiensi anggaran bukan berarti komitmen menurun, tapi ini menjadi ujian bagaimana kita bisa memastikan pendanaan tetap efektif dan tepat sasaran. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengoptimalkan sumber daya yang ada, sekaligus membuka ruang kolaborasi lebih luas dengan mitra non-pemerintah,” ujar dr. Henry.
Pengalaman dari sisi media disampaikan oleh Riyan Setiawan, jurnalis Deduktif.id sekaligus alumni TB Journalist Fellowship 2024. Ia berbagi pandangannya mengenai pentingnya liputan yang humanis dan konsisten tentang TBC. “Banyak kisah inspiratif dari lapangan yang belum tersampaikan. Padahal, ketika masyarakat tahu perjuangan para kader dan pasien, empati dan kepedulian akan tumbuh,” kata Riyan.
Dua kader TBC, Ibu Jatminah dan Ibu Ike Nimah, turut memberikan kesaksian tentang perjuangan mereka dalam menemukan, mendampingi, dan mengedukasi pasien di komunitas. Meski menghadapi tantangan sosial dan stigma, keduanya tetap semangat membantu masyarakat agar tidak menyerah menjalani pengobatan. “Kami ingin semua orang tahu, TBC bisa sembuh. Asal mau berobat dan tidak menyerah,” ujar Ibu Jatminah dengan penuh semangat.
Melalui kegiatan ini, STPI kembali menegaskan komitmennya untuk menjadi penggerak kolaborasi lintas sektor menuju Indonesia bebas TBC tahun 2030. Kegiatan ini juga menjadi ruang dialog yang mempertemukan pemangku kepentingan, tenaga kesehatan, jurnalis, dan kader untuk membangun sinergi yang lebih kuat dalam menghapus TBC dari negeri.
Stop TB Partnership Indonesia (STPI) adalah organisasi non-pemerintah yang berfokus pada advokasi, kemitraan, dan komunikasi publik dalam mendukung eliminasi TBC di Indonesia, serta menjadi bagian dari jaringan global Stop TB Partnership di bawah dukungan PBB. (YDS)
Acara pembekalan ini diawali dengan sambutan oleh Muhammad Hanif, anggota Dewan Pengurus STPI, yang menegaskan pentingnya peran semua pihak — pemerintah, masyarakat, media, dan sektor swasta — dalam mempercepat eliminasi TBC di Indonesia. “Tantangan menuju eliminasi TBC bukan hanya soal medis, tapi juga tentang kesadaran, komunikasi publik, dan keberpihakan pada mereka yang terdampak,” ujarnya.
Sebagai pembicara utama, Prof. dr. Erlina Burhan, Sp.P (K), Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, yang juga dokter spesialis paru di RSUP Persahabat sekaligus Dewan Penasehat STPI, memaparkan bahwa Indonesia masih menempati posisi kedua tertinggi di dunia dalam jumlah kasus TBC dengan estimasi lebih dari satu juta kasus setiap tahun. Ia menyoroti pentingnya deteksi dini, pengobatan tuntas, dan dukungan terhadap pasien untuk memutus rantai penularan. “Media dan masyarakat punya peran besar dalam menghapus stigma serta mengedukasi publik tentang TBC. Eliminasi bukan hal mustahil jika kolaborasi terus diperkuat,” tegasnya.Salah satunya melalui TBC Fellowship Journalist Programme yang bertujuan memperkuat kapasitas jurnalis dalam menyampaikan isu TBC secara akurat, empatik, dan berbasis data. “Narasi media yang kuat bisa mengubah cara masyarakat memandang TBC — dari penyakit yang distigmatisasi menjadi isu kemanusiaan yang harus diselesaikan bersama,” ungkapnya.
Sementara itu, dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI, menjelaskan peran dan inisiatif konkret STPI dalam mendukung program nasional TBC. Menurutnya, meski komitmen pemerintah terhadap pengendalian TBC masih kuat, efisiensi anggaran Kementerian Kesehatan pada tahun 2025 yang turun hampir Rp20 triliun dibanding tahun sebelumnya perlu menjadi perhatian bersama. Kondisi ini berpotensi memengaruhi keberlangsungan sejumlah program penanggulangan TBC, terutama di tingkat daerah.
“Efisiensi anggaran bukan berarti komitmen menurun, tapi ini menjadi ujian bagaimana kita bisa memastikan pendanaan tetap efektif dan tepat sasaran. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengoptimalkan sumber daya yang ada, sekaligus membuka ruang kolaborasi lebih luas dengan mitra non-pemerintah,” ujar dr. Henry.
Pengalaman dari sisi media disampaikan oleh Riyan Setiawan, jurnalis Deduktif.id sekaligus alumni TB Journalist Fellowship 2024. Ia berbagi pandangannya mengenai pentingnya liputan yang humanis dan konsisten tentang TBC. “Banyak kisah inspiratif dari lapangan yang belum tersampaikan. Padahal, ketika masyarakat tahu perjuangan para kader dan pasien, empati dan kepedulian akan tumbuh,” kata Riyan.
Dua kader TBC, Ibu Jatminah dan Ibu Ike Nimah, turut memberikan kesaksian tentang perjuangan mereka dalam menemukan, mendampingi, dan mengedukasi pasien di komunitas. Meski menghadapi tantangan sosial dan stigma, keduanya tetap semangat membantu masyarakat agar tidak menyerah menjalani pengobatan. “Kami ingin semua orang tahu, TBC bisa sembuh. Asal mau berobat dan tidak menyerah,” ujar Ibu Jatminah dengan penuh semangat.
Melalui kegiatan ini, STPI kembali menegaskan komitmennya untuk menjadi penggerak kolaborasi lintas sektor menuju Indonesia bebas TBC tahun 2030. Kegiatan ini juga menjadi ruang dialog yang mempertemukan pemangku kepentingan, tenaga kesehatan, jurnalis, dan kader untuk membangun sinergi yang lebih kuat dalam menghapus TBC dari negeri.
Stop TB Partnership Indonesia (STPI) adalah organisasi non-pemerintah yang berfokus pada advokasi, kemitraan, dan komunikasi publik dalam mendukung eliminasi TBC di Indonesia, serta menjadi bagian dari jaringan global Stop TB Partnership di bawah dukungan PBB. (YDS)
Our Services

Sonora Education And Talent Management
Empowering Talent Development & Soft Skills Training.

Research Solution
Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives