Sonora.co.id, Jakarta, Kementerian Kehutanan menegaskan komitmennya untuk terus mempercepat rehabilitasi hutan dan mangrove di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH), Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum, dalam kesempatan media briefing Konsolidasi Percepatan Rehabilitasi Mangrove M4CR, usai kegiatan Pasar Rehabiltasi Hutan dan Lahan (RHL) yang menampilkan produk-produk hasil hutan dari beberapa provinsi di Indonesia. Kegiatan pasar RHL sendiri diselenggarakan di Taman Arboretum dan Gedung Manggrala Wanabhakti, Kantor Kementerian Kehutanan RI (20/08). Menurut Dyah, Pasar RHL menjadi ajang untuk menunjukkan hasil nyata dari rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang dilakukan bersama masyarakat.

Produk yang dipamerkan tidak hanya berupa kayu, tetapi juga hasil hutan bukan kayu seperti buah-buahan, kayu manis, pala, merica, kayu putih, hingga olahan mangrove. “Ini sejalan dengan arahan Presiden agar seluruh sektor mendukung ketahanan pangan, energi, dan air. Hasil rehabilitasi hutan kita terbukti memberi manfaat nyata,” ujarnya.Dyah mengungkapkan, saat ini terdapat sekitar 12,7 juta hektare lahan kritis di Indonesia, dengan 6,5 juta hektare berada di dalam kawasan hutan. Dari jumlah tersebut, 3,9 juta hektare belum memiliki izin pemanfaatan sehingga menjadi target rehabilitasi. Berkat upaya berkelanjutan, luas lahan kritis berhasil ditekan menjadi 12,4 juta hektare pada 2025.

Meski begitu, Dyah mengakui masih banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia, anggaran, hingga aktivitas masyarakat di kawasan terbuka. Karena itu, rehabilitasi dilakukan dengan menanam jenis-jenis yang tidak hanya berfungsi secara ekologi, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. “Kami ingin aspek ekologi, ekonomi, dan sosial berjalan seimbang, sehingga masyarakat terdorong menanam sekaligus merasakan manfaatnya,” tambah Dyah.

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal PDASRH, Dr. Muhammad Zainal Arifin, menyoroti program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) yang saat ini dijalankan di empat provinsi: Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. Program ini menargetkan rehabilitasi 41 ribu hektare mangrove hingga 2027, dengan pendekatan kesejahteraan masyarakat.“Hingga saat ini sudah ada sekitar 13 ribu hektare yang berhasil ditanam. Sisanya akan diselesaikan sampai 2027 dengan dukungan berbagai pihak, termasuk kerja sama dengan World Bank.

Pendekatan M4CR bukan hanya memulihkan pesisir, tapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” jelas Zainal.Ia menegaskan, keterlibatan media juga sangat penting untuk mengangkat capaian dan kegiatan di lapangan agar publik semakin peduli terhadap upaya pemulihan ekosistem mangrove. “Dengan kolaborasi semua pihak, kami optimistis target rehabilitasi mangrove bisa tercapai,” pungkasnya. (YDS)