Polling: Di Tengah Isu Pelemahan Rupiah. Apa Harapan Anda Pada Pemerintah?

03 Maret 2025 14:23 WIB
Melysa Septiani
Photo: Ilustrasi Mata Uang. (Freepik.com/ wirestock).
Jakarta, Sonora.co.idKurs rupiah terhadap Dollar AS tercatat melemah di posisi Rp 16.596 pada perdagangan Jumat (28/2) sore. Sebelumnya, rupiah juga melemah pada penutupan perdagangan di posisi Rp 16.454 per Dollar AS.

Mengutip Bloomberg, nilai itu terlemah sejak Maret 2020, masa dimana covid-19 ditetapkan sebagai pandemi.

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta Agustinus Prasetyantoko, atau karib disapa Pras menilai, lemahnya rupiah berdampak pada ketidakpastian ekonomi nasional sehingga baik masyarakat maupun pebisnis harus mewaspadai beragam dampak yang mungkin terjadi.

“Kalau dilihat dari kinerja itu memang harus tetap waspada,” tukas Pras, dalam wawancaranya di Sonora Pagi edisi Senin (3/3).

Pelemahan tersebut, bagi Pras, paling besar dipicu oleh faktor global yang menguat sejak Trump diumumkan sebagai presiden. 

“Persoalan ini gak mudah. Pertama, tentu faktor global berperan besar. Kita ingat waktu Trump diumumkan jadi presiden, hampir investasi global cenderung ‘balik’ ke Amerika. Kenapa? Karena dianggap situasi ini akan makin rumit, inflasi tinggi, sehingga suku bunga tidak bisa diturunkan segera,” tambah Pras.

Menurut Pras, Dosen dan juga Panelis dalam Debat Cawapres pada Pilpres 2023 lalu mengatakan, menguatnya Dollar AS tidak hanya berimbas pada pelemahan mata uang di Indonesia saja. Tetapi hampir semua negara ikut terdampak.

“Kita tidak sendirian menghadapi situasi dimana indeks Dollar itu naik,” jelasnya.

Meski hampir semua negara terdampak, Indonesia cenderung lebih tertekan dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini dipicu oleh tiga faktor utama yang membuat Indonesia di posisi paling tertekan.

Pertama, kebijakan efisiensi anggaran yang tergesa-gesa.

“Efisiensi anggaran yang ditetapkan pemerintah ini dilakukan secara tiba-tiba dan jumlahnya cukup masif,” ujar Pras.

Kedua, Morgan Stanley Capital International atau MSCI menurunkan saham Indonesia menjadi negatif.

“MSCI ini panduan investasi global. MSCI melihat, proses pertumbuhan investasi Indonesia akan cenderung menurun. Sehingga, profitability perusahaan-perusahaan turut menurun. Ini menimbulkan reaksi negatif bagi investasi”.

Ketiga, munculnya BPI Danantara memicu respon negatif terhadap ekonomi Indonesia.

“Karena di sana (BPI Danantara) ada empat emiten besar. Di mana empat emiten itu tiga bank, dan satu perusahaan komunikasi milik pemerintah. Porsinya juga cukup besar di pasar. Selain mayoritas didominasi pemerintah, tata kelolanya juga belum jelas”. 

Menurut Pras, mengantisipasi dampak dari pelemahan rupiah tersebut, pemerintah perlu berhati-hati dalam membuat kebijakan.

“Pemerintah jangan bikin kebijakan yang mengejutkan, dan ini perlu dihindari (oleh pemerintah)”

Pemerintah justru perlu memberikan stimulus antara lain pemotongan tarif perjalanan, yang efektif meningkatkan daya beli masyarakat.

“Justru yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam situasi ini adalah menaikkan daya beli masyarakat, misalnya menurunkan tarif tiket, kebijakan semacam itu yang memastikan daya beli masyarakat tidak tergerus,” tegas Pras.

Pras memproyeksikan nilai rupiah berpotensi menguat dalam waktu dekat jika pemerintah mampu menerapkan kebijakan yang jelas dan mendukung penuh masyarakat.

“Reaksi negatif dari kebijakan pemerintah itu muncul karena arah jangka panjang yang masih belum jelas. Sehingga sebetulnya, yang perlu diperjelas adalah arah jangka panjangnya. Misalnya, pembiayaan pembangunan hilirisasi oleh Danantara, itu persisnya seperti apa, kedepan mesti dipercepat skemanya sehingga investor memiliki kejelasan,” kata Pras.

Sementara bagi masyarakat khususnya pelaku bisnis, Pras menilai perlu bertahan/ survive, dan para pelaku bisnis maupun pasar perlu mendesak pengambil kebijakan untuk memerhatikan kondisi ekonomi di lapangan.

“Pertama tentu saja bertahan hidup, karena situasi tentu gak mudah. Kedua (bagi) investor, pelaku pasar dan masyarakat wajib untuk memberikan opininya. Sehingga, diperhatikan oleh pengambil kebijakan. Jangan-jangan memang, pengambil kebijakan tidak melihat fakta di lapangan dengan baik,” tutup Pras.

Menanggapi isu tersebut, masyarakat berharap, pelemahan rupiah tidak berdampak signifikan terhadap harga bahan pokok di pasar. 

Hal ini disampaikan masyarakat melalui polling di media sosial WA, Instagram dan X selama acara Sonora Pagi Senin (3/3).

Perolehan di WA misalnya, mayoritas 18% dari total responden berharap stabilnya harga bahan pokok.

Senada dengan perolehan WA, responden di Instagram dan X juga berharap stabilnya harga bahan pokok.

“Harga kebutuhan pokok lebih stabil, semua orang memerlukan isi perut,” tulis Achmad, responden asal Bogor.

“Harga kebutuhan pokok  murah itu aja,” komentar Nanah, responden berdomisili di Jatinegara, Jakarta Timur.
Sonora Network

Our Services

Sonora Education And Talent Management

Sonora Education And Talent Management

Empowering Talent Development & Soft Skills Training.
Research Solution

Research Solution

Your Research Solution for Comprehensive Coverage, Reliable Sources, and Diverse Perspectives
Management Services

Management Services

Empowering Talent Development & Soft Skills Training.
Event Management

Event Management

Step into Syandana, we deliver exceptional tailored event solutions

We'll reach out to you to talk about what we can do to keep leading, together.

Let’s Collaborate!

Our Satisfied Partners

Kementrian Pajak
Kementrian PUPR
Kementerian Dinas Perhubungan
Kementrian Kominfo
Kementrian Agama
Kementrian Hukum dan HAM
Telkomsek
ASDP
Nuvo Family
Pertamina
Bear Brand
Sarirasa Group
Gopek House
Counterpain
PLN
Kementrian Pelni
Ayaxx
Wincos